Friday, December 6, 2013

Kisah Kunyuk di PKL

Super telat memang kalau gue ngepost pengalaman PKL gue sekarang, tapi kata pepatah

"Lebih baik telat daripada tidak sama sekali."

PKL itu berlangsung di China Airlines, Intiland Tower, selama empat belas minggu. Selama empat belas minggu jugalah gue nangkring di divisi yang sama yaitu reservasi, yang notabene berhubungan sama penumpang via telepon.

Berikut ini beberapa pembicaraan gue yang cukup berkesan yang mungkin susah buat gue lupain:

***
Gue: "China Airlines"
Penelpon (yang gue yakin orang Cina) : "Can you speak Mandarin?"
Gue: "Can you speak English?"

Karena keberanian gue buat lancang menjawab pertanyaan dia dengan pertanyaan juga, gue terselamatkan dari Bahasa Mandarin yang mungkin tidak gue pahami.


***
Gue: "China Airlines"
Penelpon (Ibu-Ibu) : "Halo ini China Airlines ya?"
Gue : "Iya, Bu."
Penelpon : "Bukan Sriwijaya ya?" 
Gue :"Bukan, Bu, ini China Airlines." *mulai terheran-heran*
Penelpon: "Bisa tolong disambungkan ke Sriwijaya?"
Gue: "Wah, tidak bisa, Bu." 
Penelpon: "Kalau gitu, Mbak tahu nomor teleponnya Sriwijaya?"
Gue: Coba tanya langsung ke penerangan aja, Bu."

Penelepon paling konyol yang pernah gue tahu. Masih agak heran sih sampe sekarang kenapa itu Ibu nelepon Sriwijaya ke nomor China Airlines?

***
.....
Penelpon (orang Cina, bisa bahasa Indonesia, tapi pelo): "Halo, saya punya anak umurnya kurang dari 2 tahun, ditemani nenen nya boleh?"
Gue: "Nenen nya?"
Penelpon: "Iya, nenennya yang temani, saya dan mamanya tidak bisa temani. Sama nenen nya boleh?" 
Gue: *ngeh dengan maksud pembicaraan si penelpon* "Oh neneknya? Boleh kok sama NENEKNYA."

Gue sempet hold buat ketawa sebentar begitu ngeh kalau nenen yang dia maksud itu nenek.


***
Gue: "China Airlines"
Penelpon: "Halo, Mbak, Garuda sama China Airlines sama enggak?"
Gue: "Maksudnya sama?"
Penelpon: "Iya maksudnya satu grup gitu?"
Gue: "Oh enggak, Pak. China Airlines Skyteam, Garuda belum Skyteam."
Penelpon: "Mbak tahu Garuda masuk apa?"
Gue: Wah maaf, Pak kurang tahu."

Dan telepon pun diputus sepihak. Awalnya, gue kira yang nelepon adalah salah satu guru sekolahan yang iseng pengen ngetes muridnya, karena suaranya mirip banget. Dan gue merasa kayak lagi ikut kuis berhadiah lewat telepon, yang tiap pertanyaan berhasil terjawab dinilai berapa juta.  


Ya itulah beberapa yang enggak bisa gue lupain. Sebenernya masih banyak banget sih, cuma gue #mager ketiknya, jadi ya segitu dulu deh.

Di sini gue sekedar share aja pengalaman, karena tiap orang itu punya gaya bicara yang unik di telepon. Ada yang ramah, ada yang jutek, ada yang sok berkuasa, ada yang baik, ada yang konyol, ada yang ngeselin. Pokoknya unik semua deh. 


 

No comments:

Post a Comment